June 21, 2007

white flower

cinta ini,,,,,,
menebar keharuman,,,
hadir antara lumpur2..
cintaku hanyalah terataiku...
yang putih,,
cinta ini selalu mekar...
terpancang dalam lembab,,,
merekah antara malam...
terang bagai kunang-kunang...
dia mengharumi kamar hati,,,
hingga hatiku betah dan takluk,,,
tiada sesuatu pun yg selembut kelopaknya,,,
hingga kutuliskan beribu kata2 cinta,,,
terataiku.......
temani aku,,,,
hingga ku tak sanggup lagi ntuk
bernapas....

tangismu ibu


bapakmu ini menteri nak......

seorang pegawai negri yang hanya memakan gaji,,,,,

dia licik seperti tikus.....licin seperti belut,,,

hingga tiada suatu keberanian ntuk menegurnya


tiap pagi dia pulang dengan napas amis tersenggal,,,

baju penuh keringat,,kotor seperti jiwanya,,,,

knapa orang takut!!!!!!!!!!!

bukankah semboyan kita sudah terpancang

berani untuk mati dan berani untuk hidup,,,


nak..........

ibu hanya punya kalian,,,,,,

tiada siapa2 dan tak ingin siapa2,,,

juga seperti bapakmu...


nak,,,,,,,

napas ini adalah kalian,,,,

napas yang tersenggal....

andai kalian pergi,,,,,,

napas ini juga pergi....


nak......

tidurlah dengan nyenyak,,,

kamu harus bangun pagi2,,,,

biar pintu mu selalu terbuka lebih awal....

dan rezekimu juga datang lebih awal,,,,




June 12, 2007

kiamat sudah dekat

ini kiamat sudah dekat.....
kala remaja telah mengagungkan cinta....
kala aurat telah terbuka....
kala kecanduan telah merajalela....

jiwa kita ambruk bagai debu...
hingga kenistaan memeluk...
kita lebih hina dari kapas yg berterbangan...
kecuali dia......

yang bangun kala subuh untuk bersujud...
yang melewati malam dengan tahajud....
yang menatap langit.....
untuk mengingatnya......
hingga tiada satu detik pun terlepas...
tanpa mengingat dan mengingatnya....

nyanyian nelayan


kita hanya pelaut nak....

menembus ombak...

membingkai pantai....

menunggu camar....

yg memanggil kala temaram.....



kita hanya mencintai

putihnya pasir...

ombak yg berdebar...

nelayan yg melayangkan jalanya......



jiwa kita tak pernah brubah....

jiwa kita lepas

seperti lautan......

seperti ombak yg terhempas

seperti pantai........



jangan pernah larut

jangan buat dirimu sedih...

pandangilah awan kala sore membentang....

June 05, 2007

gadis kecil


gadis kecil dengan selokan.....
berdiri kaku,pucat,pasi..
antara trotoar ....
samping gedung camat.....
desa kali subur...

dia pandang malam.....
ternyata sangat kelam..
dia pandang siang.....
ternyata menyengatkan...
dia pandang hujan dia kedinginan....

semua adalah kebencian yg terpendam...
dia takut...dia lelah...
nurani yg tercecer

ribuan detik telah hilang......
ribuan tahun telah lenyap
apa yg dikenang..
apa yang di harap...

apalagi cinta!!!!!!
cinta itu hanya pedang
siap merobek-
hingga luka dan berdarah

June 04, 2007

kata2 cinta


Aku mengenalmu..
lewat seutas kata di buku catatan fisika..
di buku yg penuh coret moret...
tempat ku merumus kata....

lalu kita saling merangkai baitan kata..
saling membingkai cinta
hingga kita serasa satu...

kita letakkan cinta itu di bongkahan hati putih
yang bersampulkan jutaan janji hati....
di ikat dengan tali setia....

aku memelukmu.....
seperti kunang memeluk malam...
aku larut......
hingga tiada satupun kata cinta yang tersisa...

engkaupun datang

dari balik jendela belakang
engkau mengetuk......
baju warna merah jambu..
dengan jeans ketat di pahamu.....

kesederhanaan tersenyum di bibir mungilmu...
bisu penuh liku......

lewat setangkai bunga
kau bawakan segenggam cinta...

di matamu kubaca-baca
beribu kata....
hanya satu makna...
cinta.....

SURAT CINTA RENDRA

SURAT CINTA
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turundi kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pestaWahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,Kau tahu dari dulu
:tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawanankuPutri duyung dengan
suara merdu lembutbagai angin laut,
mendesahlah bagiku !Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat inikala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !

PUISI RENDRA

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya, tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika
: aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
(WS Rendra).

RENDRA

AKU MENDENGAR SUARA
JERIT HEWAN YANG TERLUKA
ADA ORANG MEMANAH REMBULAN
ADA ANAK BURUNG TERJATUH DARI SARANGNYA
ORANG-ORANG HARUS DIBANGUNKAN
KESAKSIAN HARUS DIBERIKAN
AGAR KEHIDUPAN BISA TERJAGA
yogyakarta 1974

gadis pantai

Kulitnya kuning langsat. Tubuh kecil ramping. Setiap hari punggungnya dibebani bakul besar dalam gendongan selendang . Dia datang dari rumah para priyayi. Beli barang, pakaian, botol kosong, rongsokan. Sampai bakulnya penuh. Baru ia menjualnya di pasar.

Suaminya petani gagal, penjual soto ayam pikul yang juga gagal. Maka setiap hari dia terus berjalan, dari rumah kerumah dan kepasar. Dengan bakul besar di punggung. Tetap mandiri.

Barang belian yang tak laku di simpannya di bawah ambin tempat tidurnya, dirumahnya di pinggiran utara kota, sebuah pondok kayu-bambu berdindingkan gedek dilepa tahi sapi.

Barang rongsokan aneh, dinilainya cantik, juga masuk kebawah ambin bambu itu. Dengan wajah mulus berseri dihadiahkannya padaku, atau adikku bila kami datang berkunjung.

Jepang berkuasa, membatasi semua-mua. Kemandiriannya ikut terpancung. Tubuh ramping kecil itu ikut merosot tua. Pakaiannya jadi lusuh, kumuh. tangan dan kakinya yang kecil kehilangan kekuatan. Tahu aku hendak meninggalkannya pergi ke jakarta dia datang. Janjiku: Mbah, kalau sudah mampu cari rejeki sendiri nanti kukirimkan sarung untukmu.

Aku pergi ke jakarta. Dia pun pergi, hanya untuk selama-lamanya. Dia nenek darahku sendiri, pribadi yang kucintai, kukagumi, kubanggakan.

Inilah tebusan janjiku. Pada dia yang pernah ceritakan sejarah diri. Dia yang tak pernah kuketahui namanya. Maka cerita ini kubangun dari berita orang lain, dari yang dapat kusaksikan kukhayalka, kutuangkan.

by: Pramoedya Ananta Toer

ebout me

My photo
I loved simplisity,,a I most hated in arranged, I most hated the person of quasi briliant,,I`m noting ,,,,but I loved freedom,,a I only wanted always fly,,,plowing through atmosphre,,i love it